Nama Desa Pemusiran diambil dari nama sebuah kiasan yang berarti Pengungsi yang mana pada sekitar tahun 1960an di Sulewesi Selatan pada saat itu terjadi pemberontakan dan memaksa sebahagian dari masyarakat bugis pada umumnya mengungsi dengan menggunakan Perahu Pinisi dan akhirnya berlabuh dipesisir pantai timur dan akhirnya menjadi sebuah nama Desa Pemusiran dan sebuah sungai yang merupakan aliran sungai Batanghari dan membelah antara Desa Pemusiran dan Desa Bunga Tanjung yaitu Sungai Pemusiran
Dengan Semboyan Desa yaitu PENNOH MUTIARA SIRAMPEH MADECENG yang mana Pennoh berarti Penuh, Mutiara berarti Mutiara, Sirampeh berarti Mengingatkan dan Madeceng berarti Baik maka Desa Pemusiran dapat diartikan adalah Desa yang penuh dengan keanekaragaman Kehidupan yang bisa diolah baik Perikanan, Perkebunan, Pertanian dan saling mendukung kearah yang lebih baik .
Pemukiman penduduk desa pertama kali adalah para pendatang dari Pulau Sulawesi (Suku Bugis) sekitar tahun 1960an, tepatnya di muara Sungai Pemusiran, Kelompok pendatang ini kemudian mendirikan pemukiman di sekitar sungai dan beberapa saat kemudian diikuti dengan kelompok keluarga lain, baik yang langsung dari Pulau Sulawesi maupun orang-orang Bugis yang telah berdomisili di Nipah Panjang, Jawa, Kerinci dan Padang.
Maksud kedatangan penduduk ke desa ini pertama kali adalah sebagai nelayan yang memerlukan lokasi tempat berlabuh bagi kapal yang mereka gunakan sebagai sarana menangkap ikan. Pada saat menetap ini untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akan beras, kemudian mereka mulai mengolah lahan untuk tanaman pangan (padi) dan selanjutnya menanam kelapa yang ternyata hasilnya cukup baik dan berkembang sampai saat sekarang. Perkembangan penduduk desa mengalami arus turun naik dari periode ke periode seperti pada akhir tahun 1970an dan awal 1980an jumlah penduduk datang cukup banyak, tetapi mulai tahun 1990an jumlah pendatang semakin sedikit dan bahkan sebagian kembali ke Sulawesi. Penduduk yang meninggalkan desa sampai saat masih memiliki lahan dan tidak diolah sehingga menjadi semak dan belukar terutama pada parit 8 dan 9. Tapi pada tahun 2013 ini semua itu telah berubah dikarnakan areal yang dulunya lahan tidur telah diolah menjadi Cetak Sawah untuk kesejateraan masyarakat Desa Pemusiran serta menjadikan kembali Desa Pemusiran yang mampuh berswasembada beras.
Sesuai perkembangan sistem administrasi pemerintahan di Indonesia, sebutan desa sewaktu berdiri adalah Kepenghuluan Pemusiran (termasuk ke dalam Marga Berbak) Kecamatan Muara Sabak yang dikepalai oleh seseorang yang disebut Penghulu dengan penghulu pertama pada saat itu adalah AMILENG pada tahun 1964 dan pada tahun 1976 Desa Pemusiran di Mekarkan mejadi tiga Desa yaitu Desa Teluk Kijing dan Desa Sungai Raya dan pada tahun 1984 diadakan Pemilihan Kepala Desa Pertama di Desa Pemusiran secara langsung oleh masyarakat berdasarkan UU No. 5 tahun 1979 tentang pemerintah desa, dan pada tahun 2005 Desa Pemusiran di Mekarkan lagi mejadi tiga Desa yaitu Desa Pemusiran, Desa Bunga Tanjung dan Desa Sungai Tering dan sampai saat ini Sejak berdirinya Desa Pemusiran sampai sekarang telah tercatat 6 orang pemimpin Desa seperti disajikan pada Tabel.
Perkembangan Kepemimpinan Desa Pemusiran
No | Nama | Tahun Menjabat | Sebutan |
1 | Amileng | 1964-1969 | Kepenghuluan |
2 | H. Mursalim | 1969-1973 | Kepenghuluan |
3 | H. Majid | 1973-1976 | Kepenghuluan |
4 | Yakub Naris (TNI) | 1976-1984 | Kepenghuluan |
5 | H. M. Daming | 1984-1993 | Kepala Desa |
6 | H. M. Daming | 1993-2002 | Kepala Desa |
7 | Akmal Rauf | 2002-2008 | Kepala Desa |
8 | Akmal Rauf | 2008-2014 | Kepala Desa |
9 | Akmal Rauf | 2014-2022 | Kepala Desa |
10 | Anwar | 2022-2028 | Kepala Desa |
Kantor Desa Pemusiran
Jl. Siswa RT.08 Desa Pemusiran
0852-7301-8064
  kantor@desapemusiran.id